This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 25 November 2011

PENGGUNAAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang hayat) kearah membina manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (Kosasih Djahari, 1980 : 3). Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Salah satu sistem pendukung tersebut merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan yang disebut media.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti penting dalam rangka membantu menjelaskan bahan ajar yang disampaikan kepada peserta didik karena dapat disederhanakan melalui media. Dengan demikian, peserta didik akan lebih mudah mencerna materi pelajaran apabila dilakukan dengan bantuan media. Namun, semuanya harus sejalan dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan supaya tidak berbalik menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Sehingga dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk dapat memahami media sesuai peran sebenarnya yaitu sebagai alat bantu, sumber belajar, sepatutnya memahami terlebih dahulu fungsi dasar dari media itu sendiri. Salain itu, criteria media juga perlu diketahui untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran sebaik mungkin. Prinsip-prinsip pemilihan dan penggunaan media serta klasifikasi media dan alat peraga pendidikan perlu diketahui untuk dapat mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan pengajaran.

B.     PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana konsep media itu?
2.      Bagaimana media dapat dikatakan sebagai alat bantu?
3.      Bagaimana konsep media sebagai sumber belajar?
4.      Bagaimana riteria media?
5.      Bagaimana prinsip-prinsip pemilihan dan penggunaan media?
6.      Bagaimana klasifikasi media dan alat peraga pendidikan?

C.    TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian media.
2.      Mengetahui konsep media sebagai alat bantu.
3.      Mengetahui konsep media sebagai sumber belajar.
4.      Mengetahui riteria media.
5.      Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan dan penggunaan media.
6.      Mengetahui klasifikasi media dan alat peraga pendidik.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN MEDIA
Kata media berasal dari bahasa dan merupakan bentuk jamak dari kata medium,yang secara harifiah berarti perantara atau pengantar.Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.Secara luas media bearti manusia,benda atau peristiwa yang memungkinkan peserta didik memperolah pengetahuan dan keterampilan.
            Dalam proses belajar mengajar kehadiran media dapat memberikan kejelasan bahan atau materi yang diberikan kepada pesrta didik agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik.Selain itu, kelebihan media dapat membantu guru dalam memberi materi pelajaran yang sulit dijelaskan melalui kata-kata karena keabstrakan bahan atau materi dapat dikonkritkan melalui media.
            Peranan media akan terlihat manfaatnya  apabila penggunannya sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan karena itu tujuan pengajaran dijadikan tolak ukur untuk menggunakan media sebagai penyalur informasi.Jadi media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.

B.     MEDIA SEBAGAI ALAT BANTU
            Guru menyadari bahwa tanpa bantuan media,pelajaran lebih sulit untuk dicerna dan dipahami oleh setiap peserta didik,terutama bahan pelajaran yang rumit.Media pembelajaran membantu guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik.
Tingkat kesukaran materi pelajaran tentu sangat bervariasi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu tetapi ada pula bahan pelajaran yang memerlukan alat bantu berupa media pelajaran.Selain itu untuk mengatasi kebosanan dan kejenuhan pesrta didik akan materi pelajaran,maka digunakan media pembelajaran agar lebih menarik perhatian pesrta didik.
            Sebagai alat bantu,media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan.Proses belajar mengajar dengan bantuan media meningkatkan kegiatan belajar anak didik dalam waktu lama.Media pembelajaran yang digunakan harus menunjang tercapainya tujuan pengajaran.
C.  MEDIA SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap peserta didik. Winataputra dan Ardiwinata (1991: 65) mengelompokan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku/perpustakaan, media masa, alam lingkungan dan media pendidikan. Dengan kata lain, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapt dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Media pendidikan yang beraneka ragam sebagai salah satu sumber balajar ikut membantu guru memperkaya wawasan anak didik.
Di sekolah-sekolah kini, terutama di kota-kota besar, teknologi dalam berbagai bentuk dan jenisnya sudah dipergunakan untuk mencapai tujuan. Teknologi yang disepakati sebagai media itu tidak hanya digunakan sebagai alat bantu, tetapi sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar. Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual dan audio visual. Dimana penggunanannya tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan intruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri.
Cukup banyak bahan baku untuk keperluan pembuatan berbagai media pendidikan. Guru yang pandai menggunakan media pendidikan adalah guru yang mampu memanipulasi media sebagai sumber belajar, sekaligus sebagai penyalur informasi berbagai materi ajar yang disampaikan kepada peserta didik dalam suatu proses belajar mengajar.

D.    KRITERIA MEDIA
Media dikelompokan menjadi tiga, yaitu;
1.      Berdasarkan jenisnya
a.       Media auditif, adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan audio saja, serti radio, dll. Media ini cocok untuk orang yang memikiki kelainan pendengaran.
b.      Media visual, adalah media yang hanya mengandalkan indra pengliatan yang menampilkan gambar diam ( foto, gamabar, lukisan, film bisu, dll). Kurang cocok bagi mereka yang memiliki kelainan penglihatan.
c.       Media audio visual, adalah media yang menyajikan unsur suara dan unsur gambar secara bersama-sama. Media ini terdiri dari:
                                                       I.            Audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara, film rangkai suara, cetak suara.
                                                    II.            Audio visual gerak, yaitu media yang menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara, televisi, dll
2.      Berdasarkan daya liputnya
a.       Media dengan daya liput luas dan serentak. Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang, serta menjangkau jumlah peserta didik yang tidak terbatas dalam waktu yang bersamaan. Contoh radio dan televisi.
b.      Media dengan daya liput terbatas oleh ruang dan tempat. Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus. Untuk enayangan media film, soud slide, film rangkai perlu menggunakan empat yang gelap dan tertutup.
c.       Media untuk pengajaran individual. Penggunaan media ini hanya untuk perseorangan. Contohnya modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
3.      Berdasarkan bahan dan cara pembuatanya
a.       Media sederhana, meddia yang bahan dasarnya mudah diperoleh, harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan menggunakannya tidak sulit.
b.      Media kompleks, adalah media yang dibuat dari bahan-bahan khusus sehingga mahal harganya, cara membuatnya memerlukan keahlian dan ketrampilan khusus, menggunakannya perlu latihan serta ketrampilan khusus. Misalnya membuat peta, globe dan model.
Berdasarkan karakteristik media di atas, kita perlu memperhatikan dan mempertimbangkan ketika harus memilih dan menggunakan media dalam pembelajaran. Karakteristik media yang dianggap paling tepat untuk menujang pencapaian tujuan pembelajaran, itulah media yang sebaiknya kita gunakan.
E.      PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA
Harapan yang besar tentu saja media menjadi alat bantu yang dapat mempercepat atau mempermudah pencapaian tujuan pengajaran.
Sudirman ( 1991 ) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibaginya ke dalam tiga kategori, sebagai berikut :
1.      Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akian digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Untuk bersifat umum, ataukah untuk hiburan saja mengisi waktu kosong? Apakah untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual, apakah untuk sasaran tertentu seperti anak TK, SD, SMP, SMA, Tuna Rungu, Tuna Netra, masyarakat pedesaan, ataukah masyarakat perkotaan. Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai media.
2.      Karakteristik Media Pengajaran
Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus diimliki guru dalam kaitannya dengan ketrampilan pemilihan media pengajaran. Di samping itu memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif
3.      Alternatif Pilihan
Memilih pada hakikatya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan apa adanya.

F.      KLASIFIKASI MEDIA DAN ALAT PERAGA PERAGA PENDIDIKAN
Adapun klasifikasi media atau alat peraga yang dapat digunakan dalam pembelajaran di sekolah, antara lain :
1.      Alat Peraga Tanpa Proyeki
a.       Papan Tulis
1)      Stensil Papan Tulis
2)      Cetakan Papan Tulis
3)      Pantograf Gambar atau peta tetap
b.      Papan Tempel
1)      Papan Pengumuman
2)      Papan Visual
3)      Papan demonstrasi
4)      Papan pameran  (Study Display Board)
5)      Papan listrik
6)      Papan bergerak/Mobile
7)      Papan magnet/Flanel
c.       Papan Flanel
d.      Bagan
1)      Bagan keadaan
2)      Bagan lukisan
3)      Bagan skematik dan diagmatrik
4)      Bagan pengembangan
5)      Bagan pertumbuhan
6)      Bagan organisasi
7)      Bagan perbandingan dan perbedaan
8)      Bagan penunjuk atau penuntun
9)      Bagan waktu
10)  Bagan lipatan dan bagan lembar balik
11)  Bagan uraian
12)  Bagan pandangan tembus
e.       Diagram
f.       Grafik
1)      Grafik garis
2)      Grafik lingkaran
3)      Grafik bidang atau batang
4)      Grafik bergambar
g.      Postr
h.      Kartun
i.        Komik
j.        Gambar mati
1)      Album
2)      Gambar berbingkai ( Mounted Pictures )
k.      Gambar seri ( Berhubungan )
l.        Peta datar
2.      Alat peraga tiga dimensi
a.       Model
1)      Model sederhana
2)      Model lapangan
3)      Model perbandingan
4)      Model irisan
b.      Benda Asli ( obyek )
c.       Conntoh ( specimen )
d.      Mock-up ( Tiruan )
e.       Diorama
f.       Peta timbul
g.      Boneka
1)      Boneka jari
2)      Boneka tangan
3)      Boneka tongkat
4)      Boneka tali
h.      Topeng
i.        Ritatoon
j.        Rotatoon
k.      Standar lembar balik
l.        Unit globe
3.      Alat-alat peraga yang diproyeksikan
1)      Filmstrip
2)      Slides
3)      Proyektor opaque
4)      Proyektor Overhead
4.      Alat-alat peraga pendidikan Multimedia
1)      Televisi
2)      Komputer
3)      LCD/IN-Focus/Proyektor
4)      E-learning
5.      Karya Wisata
1)      Kuliah Kerja Nyata
2)      Kuliah Kerja Lapangan
3)      Praktek Kerja Lapangan








BAB III
PENUTUP
Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu.
 Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti penting karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan  yang disampaikan pada peserta didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Guru menyadari bahwa tanpa bantuan media, pelajaran akan lebih sulit dicerna dan dipahami oleh setiap peserta didik, terutama pelajaran yang rumit dan kompleks.
Media juga dapat mewakili apa yang kurang mampu dijelaskan oleh guru melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Oleh karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Media pendidikan juga sebagai sumber belajar yang juga ikut membantu guru dalam memeperkaya wawasan anak didik. Jenis media selalu berkembang, dan dikelompokkan menjadi, media auditif, media visual, serta media audio-visual. Selain itu, media juga dapat dilihat dari daya liput dan bahan serta cara pembuatannya.

Pendidikan dan Peningkatan Kualitas SDM

Pendidikan dan Peningkatan Kualitas SDM
12 Januari 2010
oleh Rizal Dwi Prayogo
Melihat kondisi bangsa kita sekarang, khususnya dipandang dari segi pendidikan, bangsa kita termasuk bangsa yang tertinggal dari negara-negara lain. Ambil contoh negara Jepang, bangsa Indonesia yang memproklamirkan diri terlebih dahulu sebagai negara merdeka saat bangsa Jepang dibom atom oleh tentara sekutu kini malah jauh tertinggal dari negeri matahari terbit itu.
Kini memasuki abad-21, gelombang globalisasi makin dirasakan kuat dan terbuka. Kemajuan teknologi dan perubahan yang ada terus menuntut bangsa kita untuk bisa meningkatkan kualitas SDM nya juga. Ini berdampak memberikan kesadaran bahwa Indonesia tidak bisa lagi berdiri sendiri, sehingga persaingan akan terus menggempur generasi yang lemah.
Cara melaksanakan pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak terlepas dari tujuan pendidikan di Indonesia, sesuai dengan pembukaan UUD 1945 : “…..untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,…”. Tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan meningkatkan kualitas SDM bangsa Indonesia.
Hal-hal yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia :
1. Mahalnya biaya pendidikan
Biaya pendidikan yang kini semakin mahal, semakin tidak bisa dijangkau oleh rakyat kecil. Padahal justru dari sektor pendidikan lah, banyak orang bisa meningkatkan kualiatas dirinya sehingga bisa lebih mudah untuk mencapai kesejahteraan. Banyak orang yang beralih untuk mengambil SMK atau STM, alasannya agar lebih mudah mencari kerja. Kini sektor pendidikan yang dianggarkan 20% diharapkan bisa mengatasi masalah ini, tetapi pemerataannya yang menjadi kendala baru.
2. Faktor Pendukung Pengajaran
a. Rendahnya Fasilitas Fisik
Melihat kondisi di lapangan, banyak sekali lokasi sekolah yang kurang memadai fasilitasnya, mulai dari gedung yang ambruk, lingkungan yang tidak mendukung, sampai bocornya ruang kelas. Tentu hal ini akan mengganggu konsentrasi belajar para siswa sehingga akan mengurangi efektivitas pengajaran.
Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.

b. Rendahnya Kualitas Tenaga Pengajar
Pendidikan yang bermutu tentu dipengaruhi juga oleh tenaga pendidiknya, semakin baik pendidik maka akan semakin baik pengajaran. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3).
Dilihat dari data, masih minimnya kualitas tenaga pendidik. Tentu hal ini akan memengaruhi kelayakan mengajar. Perubahan terus terjadi, teknologi terus diciptakan, jika tidak ada peningkatan kualitas tenaga pendidik maka efektivitas dari pengajaran pun akan semakin sulit dicapai.
c. Rendahnya Kesejahteraan Tenaga Pendidik
Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta, guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam.
Melihat kondisi ini, tujuan dari pendidikan itu sendiri tidak sebanding dengan apresiasi terhadap tenaga pendidik. Tujuan pendidikan yang mulia tentu harus diimbangi dengan memerhatikan kesejahteraan dari para tenaga pendidik karena bisa saja faktor pendapatan yang minim akan menyebabkan para tenaga pendidik mengalami demotivasi.
3. Kontroversi Pelaksanaan UN
Pelaksanaan Ujian Nasional yang masih menjadi perdebatan hingga kini masih diragukan dalam menghasilkan SDM-SDM yang benar-benar berkompeten. Bagaimana tidak? Dalam ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek, yakni pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Tapi yang dinilai dalam UN hanya satu aspek kemampuan, yaitu kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu kelulusan. Tentu ini menjadi suatu standar ukuran yang kurang valid jika kita ingin menilai semua aspek.
Ujian Nasional pun telah banyak menelan biaya. Sebagai referensi, pada tahun 2005 dana yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 260 miliar, belum ditambah dana dari APBD dan masyarakat. Transparansi keuangannya pun patut dipertanyakan, hal ini akan memicu terjadinya penyimpangan (korupsi) oleh pihak penyelenggara.
Solusi dari permasalahan pendidikan dan peningkatan kualitas SDM di Indonesia
1. Solusi Sistemik
Solusi ini berupa pembenahan di seluruh jajaran penyelenggaran pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan juga tidak akan terlepas dari aspek lain, seperti aspek ekonomi. Sistem ekonomi yang masih kacau dan menganut sistem ekonomi ke barat-barat-an tidak akan sesuai dengan penerapannya di sektor pendidikan karena akan didominasi oleh pihak yang kuat.
Sistem ekonomi harus diubah ke dalam bentuk sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara. Jadi, peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik bisa terjamin, pembangunan sarana pendidikan bisa berjalan lancar. Jika sudah terjadi pemerataan, kemungkinan penyalahgunaan (korupsi) akan semakin kecil.
2. Solusi Teknis
Solusi ini memberikan penanganan langsung kepada pihak yang masih mengganggu keefektifan pengajaran. Ambil contoh, bagi tenaga pendidik yang masih belum memiliki standardisasi mutu sebagai tenaga pendidik, maka pemerintah harus menyekolahkan lagi ke tingkat yang seharusnya. Pemerintah terus memantau fasilitas-fasilitas fisik sebagai salah satu faktor pendukung pengajaran. Membangun kembali bangunan sekolah yang sudah ambruk, merenovasi bangunan yang kurang layak, atau membangun gedung baru di lokasi bencana.
Kesejahteraan tenaga pendidik pun harus ditingkatkan, anggaran APBN yang 20% seharusnya bisa menutupi masalah ini. Jika kesejahteraan tenaga pendidik sudah terjamin, maka tidak ada lagi yang enggan untuk mengemban tugas mulia ini.

Tugas SMI

Ardhy Sahistya

3401409044

Rombel 2

Tugas Studi Masyarakat Indonesia

 

Analisis Integrasi Konflik di Aceh Pasca Perjanjian Helsinki






Perjanjian damai antara pemerintah RI dan GAM yang ditandatangani 15 Agustus 2005 di Smona, The Goverment Banque Hall, Etalaesplanadi 6, Helsinki, Finlandia, merupakan perubahan besar sepanjang sejarah konflik di Aceh. Mungkin kalau tidak ada tsunami yang melanda Aceh, rasanya agak mustahil perjanjian damai tersebut ditandatangani. Dengan terjadinya tsunami yang menewaskan ratusan ribu rakyat Aceh, rupanya membuka peluang dan menyentuh hati para petinggi kedua pihak yang berkonflik untuk sepakat mengakhiri petikaian yang sudah memakan korban puluhan ribu tersebut. Dalam kasus perundingan di Helsinki, momentumlah yang memegang peranan strategis. Masing-masing pihak melunak pasca tsunami, dan proses perjanjian damai dipilih tanggal 15 Agustus, dua hari menjelang tanggal 17 Agusuts, inilah yang dinamakan gold period atau momentum emas.
            Nota kesepahaman di Helsinki merupakan prestasi antara pemerintah RI dengan GAM untuk mengakhiri konflik Aceh secara menyeluruh, tentunya bangsa Indonesia merasa bangga dan gembira dengan bersatunya kembali keluarga bangsa Indonesia dalam pangkuan ibu pertiwi. Dengan adanya Nota Kesepahaman ini, kemudian ditindak lanjuti dengan penyerahan 840 senjata oleh GAM, penarikan 31.681 aparat keamanan dari bumi Aceh dan GAM secara resmi ditarik.
            Sekembalinya Aceh kedalam kedaulatan NKRI, pemerintah melakukan upaya rekonsiliasi dan reintegrasi diberbagai bidang, antara lain:
  1. Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
Dengan menjadikan mantan gerilyawan dan penduduk lain yang terkena dampak perang sebagai target bersama-sama dalam satu proyek telah berhasil mengurangi rasa tidak percaya dan meningkatkan toleransi antara kelompok yang terkena dampak konflik, dan oleh karenanya mendukung proses rekonsiliasi dan reintegrasi
  1. Bidang Sosial dan Budaya
Reintegrasi adalah proses dimana mantan gerilyawan memasuki kehidupan sipil dan bergabung kembali dengan masyarakat sipil melalui komunitas mereka.
            Bagaimanapun juga reintegrasi merupakan tahap ketiga dari dua tahap sebelumnya, yaitu pelucutan senjata pasukan militer GAM (disarmament) dan pembubaran struktur militer GAM dan pemulangan pasukan keamanan Indonesia (demobilization)
            Program reintegrasi tersebut nyatanya berjalan kurang optimal, itu dikarenakan oleh beberapa kelemahan pada aspek hukum dan budged BRDA, serta kurangnya koordinasi dengan lembaga donor lannya.
            Kiat yang harusnya dilakukan oleh pemerintah Aceh antara lain sebagai berikut:

a.       Perlu segera mengadakan pertemuan rakyat Aceh yang melibatkan semua komponen (Daek Pakat Rakyat Aceh) sebagai salah satu sarana rekonsiliasi
b.      Menghindari diskriminasi penglibatan dalam pemerintahan dan pembangunan Aceh, terutama antara KPA dengan masyarakat Aceh.
c.       Menghilangkan karakteristik negatif seperti sombong (mbong), syirik (ku’eh), dan klaim bahwa lawan politik adalah musuh dan penghambat pembangunan.